Cornelius Lebert Blog

Minggu, 27 Maret 2011

Kepadatan Penduduk

kepadatan penduduk

Didalam kehidupan pasti ada yang namanya kelahiran dan kematian.itu dikarenakan agar tidak adanya kepadatan penduduk yang berlebihan dalam suatu wilayah.jika suatu wilayah mengalami pertumbuhan penduduk yang tidak stabil maka akan mengalami banyak masalah.diantaranya kurangnya lapangan pekerjaan,banyaknya tindak-tindak kriminal,kurangnya sandang,pangan,dan papan.Masalah kepadatan penduduk ini harus diselesaikan oleh seluruh aspek, misalnya oleh bagian kebutuhan pokok dan lainnya. Karena kepadatan penduduk itu harus sesuai dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan. Bila penduduk di satu wilayah terlalu padat dan tidak didukung adanya ketersediaan kebutuhan hidup manusianya maka akan terjadi kekacauan dalam suatu wilayah tersebut,misalnya penduduk akan saling membunuh untuk mendapatkan kebutuhannya,jika hal itu dibiarkan maka mungkin wilayah itu akan tidak berkembang.

- Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk :
1. Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak
dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.
2. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.

-Ada beberapa cara untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah penduduk dalam suatu wilayah:
1. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
2. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
3. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
4. Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.

contoh kasusnya:
Jakarta dalam Surat kabar The Jakarta Post (edisi Jumat, 21 Agustus 2010) menyebutkan bahwa penduduk Jakarta berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Menurut hasil sensus nasional terakhir, ibu kota dihuni oleh hampir 9,6 juta orang melebihi proyeksi penduduk sebesar 9,2 juta untuk tahun 2025. Populasi kota ini adalah 4 persen dari total penduduk negara, 237.600.000 orang.
Dengan angka-angka ini, kita dapat melihat bahwa populasi kota telah tumbuh 4,4 persen selama 10 tahun terakhir.
http://riantoaji-myjournal.blogspot.com/2010/10/kepadatan-penduduk.html
http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/05/kepadatan-penduduk-sebagai-akar-dari-permasalahan-kota-jakarta/

Minggu, 27 Februari 2011

Psikologi lingkungan (Individu dengan lingkungan yang menghasilkan perilaku)

Suatu penelitian di Texas telah memperoleh skor IQ para ibu dari anak-anak yang dilepas untuk diadopsi oleh oranglain. Walaupun IQ para ibu kandung ini lebih rendah daripada IQ ibu adopsi anak-anak tersebut namun ternyata anak-anak adopsi itu sendiri memiliki IQ yang setinggi ibu adopsi mereka. Kenyataan ini menunjukkan bahwa para orangtua adopsi tersebut telah “menularkan” IQ yang tinggi pada anak-anak yang mereka asuh sekalipun mereka tidak mempunyai hubungan genetik. Scarr dan Weinberg (1976, 1977; dalam Rathus, 1986) dalam penelitiannyadi Minnessota menemukan bahwa anak kulit hitam yang di adopsi sebelum usia satu tahun oleh orang tua kulit putih kelas menegnah-atas ternyata memiliki skor IQ setinggi 15 sampai 25 angka di atas skor IQ anak-anak kulit hitam yang diasuh oleh orangtuanya mereka sendiri.
Para ahli psikologi di Amerika pada umumnya cenderung untuk lebih mementingkn peranan faktor lingkungan (lihat antara lain Kamin, 1981) dikarenakan budaya Amerika yang sangat mengagungkan persamaan hak individual, termasuk persamaan hak untuk tumbuh dan berkembang yang hanya mungkin terjadi bila faktor keturunan tidak memberikan batasanya.

Di kutip dari Azwar, Saifuddin. Penghantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Sabtu, 30 Oktober 2010

Konflik Kelompok (Psikologi kelompok)

Makalahnya dapat di download di:

http://www.4shared.com/file/qm3GR47e/psikologi_kelompok_konflik_kel.html

Sabtu, 10 Oktober 2009

Perbedaan perkembangan Psikoanalisis dan Erikson

1. Menurut Sigmund Freud :

Sigmund Freud berpendapat bahwa perkembangan manusia itu di dorong oleh libido. Libido itu sendiri merupakan energi psikik yang merupakan dorongan seksual yang sudah ada sejak manusia itu lahir dan yang setiap tahap ditandai oleh dorongan tersebut kepada dareah tubuh tertentu.

Sigmund Freud membagi 6 tahap dalam perkembangan manusia :

- Fase Oral (12-18 bulan)
Bayi aktivitasnya berorientasikan pada mulut yaitu menelan dan menghisap.
- Fase Anal (1-3 Tahun)
Pada fase ini anak mendapatkan kepuasan sensual dengan menahan atau melepaskan
feces.
- Fase Phallic (3-5/6 Tahun)
Pada fase ini anak menjadi lengket dengan orang tua dari jenis kelamin berlainan
dan kemudian mengidentifikasikannya dengan orang tua berjenis kelamin sama.
- Fase Latency (5/6- pubertas)
Pada fase ini terjadi penurunan dorongan seksual pada anak.

2. Menurut Erikson :

Menurut Erikson, perkembangan anak lebih dikarenakan oleh lingkungan sosial budaya pada anak.

Erikson membagi perkembangan anak menjadi 8 tahapan yaitu :

- Basic Trust vs Basic Mistrust (0-1 tahun)
Kebutuhan akan rasa aman apabila rasa aman dipenuhi anak akan mengembangkan
dasar-dasar kepercayaan tapi apabila tidak akan sebaliknya.
- Autonomy vs Shame & Doubt (1-3 tahun)
Anak mengembangkan keseimbangan independen dan kepuasan diri terhadap rasa malu dan
raguan.Jika tidak maka anak akan mengalami sebaliknya
- Inisiatif vs Guilt (3-6 tahun)
Anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktivitas baru dan tidak terlalu
terbebani oleh rasa bersalah.
- Industry vs Inferiority (6-12 tahun)
Anak sudah mulai mampu melakukan pemikiran logis dan anak sudah bersekolah.
Bila kemampuan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan lingkungan dihargai, maka akan
terus lebih produktif. Apabila sebaliknya akan timbul perasaan rendah diri.
- Identity vs Role Confusion ( 12 tahun keatas)
Remaja harus menentukan pemahan akan diri sendiri atau merasa kekacauan peran.
- Intimacy vs Isolation (dewasa awal)
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Oleh karena itu konflik yang dihadapi
adalah kesiapan untuk berhubungan secara akrab dengan orang lain vs perasaan
terkuat.
- Generativity vs Self-Absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain diluar keluarganya, pengabdian
masyarakat, dan manusia umumnya.
- Ego Integrity vs Despair (dewasa akhir)
Individu yang lebig tua mendapatkan penerimaan terhadap hidup, membuatnya dapat
menerima kematian.

Observasi Kesehatan Mental pada Mahasiswa yang menghadapi quis

Pada tanggal 5 saya mengobservasi kepada salah satu kelas di universitas gunadarma yang sedang belajar menghadapi quis selama 15 menit. Dan hasilnya sebagai berkut.

Ketika di sana terlihat jelas bahwa banyak mahasiswa yang cemas. Mereka cemas karena mereka tidak yakin akan mendapat nilai yang baik. Dari sekian banyak mahasiswa yang cemas, beberapa ada yang membuat contekan untuk mengurangi kecemasan yang mereka rasakan. Ada juga di antara mereka itu yang membuat catatan tambahan untuk membuat mereka semakin mengerti akan pelajaran mereka. Akan tetapi kecemasan yang menggangu mereka tidak bertahan lama. Kecemasan itu hanya bertahan sekitar 10 menit. Setelah 10 menit itu berlalu, satu per satu mahasiswa ada yang mulai bercanda hal ini disebabkan kecemasan mereka yang sudah mulai menurun. Sehingga mereka tidak merasakan tekanan lagi saat mereka belajar untuk mempersiapkan quis yang akan mereka hadapi.

Jumat, 18 September 2009

Tugas Psikologi Kesehatan Mental

Apa itu soft skill?
-> kemampuan interpersonal diri pribadi seseorang yang tidak dapat di hitung seperti skill yang lain. Cth :kepemimpinan, attitude, dsb.

Sedangkan hard skill merupakan kemampuan secara teknis. Dan biasanya dapat di ukur.
Cth : kemampuan memakai komputer, Kemampuan berbahasa, dsb..

Soft skill sangat berguna untuk bersosialisasi dengan lingkungan dan dunia pekerjaan. Karena belakangan ini perusahaan-perusahaan tidak hanya mencari karyawan yang mempunyai hard skill yang baik saja. Tetapi karyawan yang mempunyai soft skill yang baik pula.

Bahkan enurut survei yang dikeluarkan oleh National Association of Colleges and Employers (NACE) pada tahun 2002 di Amerika Serikat, dari jajak pendapat dari 457 pengusaha diperoleh kesimpulan bahwa IP hanyalah nomor 17 dari 20 kualitas yang dianggap penting dari seorang lulusan universitas. Kualitas yang dianggap penting justru merupakan soft skill.

Menurut Patrick S. O’Brien dalam bukunya “Making Colleng Count”, berbagai soft skill penting dapat dikelompokkan dalam 7 area yang disebut Winning Characteristics. Dengan sedikit modifikasi, ketujuah area tersebut dapat membentuk akronik COLLEGE, yakni :

Communication Skills
Organization Skills
Leadership
Logic
Effort
Groups Skills
Ethics

(di ambil dari http://nicedaysblue.web.id/index.php/rupa-rupa/44-soft-skill/88-soft-skills)